Senin, 01 Juni 2009

Fenomena alam

Indonesia dianugerahi oleh Tuhan kawasan pegunungan dengan hutan yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Hamparan hijau begitu indah dipandang. Apalagi jika musim hujan tiba, setiap sudut kosong tanah disekitar kita akan ditumbuhi rumput dan semak-semak yang begitu cepat berkembang. Gambaran keindahan itu masih jelas terlihat pada masa kecilku dulu sekitar tahun 1980 an.

Apakah gambaran itu masih ada hingga sekarang? Jika kita pergi ke daerah pedesaan mungkin masih, tapi akan sangat sulit menjumpai lagi di daerah perkotaan. Karena semakpun tak punya hak untuk hidup di sana, apalagi hutan.
Bagaimana dengan nasib pegunungan kita? Beberapa masih tampak alami dengan hutan tropis yang lebat. Namun sebagian besar mempunyai nasib yang sangat memprihatinkan. Gundul, gersang dan tak bertuan. Sedangkan gunung dengan hutan yang masih lebat pun banyak yang mengalami longsor. Hasil akhirnya juga sama yaitu kerusakan alam.
Mungkin uraian di atas bukan lagi sebuah isu yang perlu kita renungkan karena sudah ratusan bahkan ribuan kali kita dengar dan alami tanpa ada penyelesaian. Apakah masih ada sedikit kepedulian dari kita? Jika ya, mungkin uraian saya berikut ini bisa sedikit memberi gambaran mengapa hal itu bisa terjadi, dan mengapa bencana banjir dan tanah longsor terus melanda seakan tak pernah berhenti.

Fenomena Banjir
Kejadian banjir di sini saya hanya membahas asal muasal dari daerah hulu sungai dan tidak membahas tentang masalah di perkotaan yang tak kalah rumitnya.
Dalam siklus hidrologi dimana kondisi alam ideal, maka air hujan yang jatuh di daerah hulu sungai akan
terjadi tiga hal yaitu:

  • air akan langsung mengalir di permukaan tanah dan masuk ke sungai,
  • air akan tertahan oleh tumbuhan lalu sebagian meresap kedalam tanah dan sebagian ada yang mengalir di permukaan dan ada yang menguap kembali
  • air yang meresap ke dalam tanah menjadi aliran air tanah.

Bagaimana jika kondisi alam menjadi tidak ideal, misalnya tumbuhan menjadi sedikit?
  1. Aliran permukaan akan menjadi lebih besar, mengakibatkan erosi tanah yang akan mengalir bersama-sama menuju sungai. Terjadilah pendangkalan sungai.
  2. Air yang meresap kedalam tanah semakin sedikit karena tak ada tumbuhan sebagai penahan air hujan dan tanah mengalami erosi. Maka persediaan air tanah semakin menipis.
  3. Apabila curah hujan sangat tinggi maka aliran permukaan bersama-sama sedimen akan mengalir deras menuju hilir sungai dan meluap di daerah sekitarnya. Terjadilah banjir.
Fenomena Longsor
Seperti telah saya singgung pada definisi longsor dan gerakan tanah pada postingan terdahulu, ada beberapa faktor pemicu terjadinya longsor. Apabila kita berbicara masalah longsor maka perhatian kita adalah pada kondisi lereng. Apakah lereng yang gundul menyebabkan longsor? Bagaimana dengan lereng dengan vegetasi yang lebat? Jawabannya adalah longsor tidak ada hubungan langsung dengan vegetasi diatasnya, baik gundul maupun lebat.
Penyebab utama terjadinya longsoran adalah terganggunya kestabilan lereng. Gangguan tersebut bisa secara alami maupun akibat ulah manusia.
Penyebab alami adalah:
  1. peningkatan ketebalan lapisan tanah akibat pelapukan batuan di bawah lapisan tanah akibat adanya aktifitas gunung api. Begini penjelasannya: Pada mulanya lereng mempunyai lapisan tanah yang tipis (ideal) sehingga lereng stabil meskipun ditumbuhi vegetasi yang lebat. Karena adanya aktifitas magma di dalam perut bumi, maka panas yang dihasilkan merambat kelapisan batuan disekitarnya dan terjadinya pelapukan pada lapisan batuan yang paling luar, menjadi tanah dan akhirnya lereng menjadi tidak stabil karena lapisan tanah akan membebani lereng dan cenderung akan longsor meskipun permukaannya berupa hutan.
  2. gempa bumi
  3. Arus sungai yang sangat deras pada saat hujan, mengakibatkan tebing sungai yang merupakan kaki lereng menjadi tergerus.
  4. resapan air hujan pada lereng dan tertahan oleh lapisan batuan kedap air di bawah lapisan tanah pada lereng sehingga tanah menjadi tidak stabil karena jenuh air.
Sedangkan penyebab karena aktifitas manusia adalah:
  1. Pembebanan lereng karena pembangunan pemukiman dan bangunan lainnya
  2. pemotongan kaki lereng untuk pembangunan rumah, jalan dan bangunan lain tanpa melakukan perkuatan tebing pasca pemotongan. Misalnya dengan dinding penahan tanah, turap, dll
  3. penambangan liar material di dasar sungai yang merupakan kaki lereng. Dengan penurunan elevasi dasar sungai maka lereng menjadi tidak stabil. Dan longsor.
Mungkin masih banyak penyebab lain yang belum saya sebutkan.

Menjaga bukit atau hutan?
Selain faktor alam sebagai penyebab banjir dan longsor yang memang tidak bisa dihindari, maka ada beberapa dilema yang terjadi dalam usaha menyelamatkan kawasan perbukitan dan hutan di daerah hulu.
Untuk menghindari banjir maka syaratnya daerah resapan air harus sebanyak-banyaknya. Dengan hutan yang lebat maka usaha penanggulangan banjir sangat mungkin dilakukan. Namun pada lereng yang tidak stabil maka keberadaan hutan dengan daya resap tinggi justru merupakan bencana karena rentan terhadap longsor.
Jadi kita harus mengetahui titik rawan suatu kawasan dan memberikan prioritas tindakan yaitu menyelamatkan bukit atau hutan. Mencegah longsor atau banjir.
Cara paling mudah yaitu membiarkan alam seperti apa adanya tanpa mengusiknya. Tapi itu nyaris tidak mungkin, toh kenyataanya kondisi alam kita sudah begitu menyedihkan.
Jadi menurut pembaca semua sejauh yang bisa kita lakukan, apa kira-kira tindakan kita untuk mengurangi faktor pemicu terjadinya banjir dan longsor di negeri kita tercinta ini, sehingga bencana akan berkurang di masa yang akan datang?